Rahasia Mengolah Pemupukan Kebun Agar Hasil Maksimal

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan penghasil utama devisa negara dari sektor pertanian. Lahan-lahan yang secara agronomis sesuai dan diperuntukkan penggunaan tanahnya bagi kelapa sawit telah memberikan dampak positif dalam perkembangan daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat (Adiwiganda, 2007). Kelapa sawit di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun, baik itu pertambahan luas areal dan peningkatan produksi. Data pada tahun 2009 menunjukkan luas areal kebun kelapa sawit adalah 7.5 juta ha dan produksi CPO 18.6 juta ton. Pada tahun 2010 luas areal kebun meningkat menjadi 7.8 juta ha dan produksi CPO 19.8 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang tinggi dapat dicapai dengan pemeliharaan yang intensif. Salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian unsur hara ke dalam tanah untuk menjaga keseimbangan hara yang dibutuhkan tanaman dan mengganti hara yang hilang terbawa hasil panen.

Keefektifan dan efisiensi pemberian pupuk juga dipengaruhi oleh urutan metode pupuk yang digunakan. Cara penaburan pupuk pada intinya diaplikasikan di daerah perakaran yang dominan menyerap hara. Cara dan tempat penaburan pupuk yang diaplikasikan berpengaruh terhadap persentasi pupuk yang diserap oleh tanaman berikut urutan pemupukan sawit yang biasa dilakukan perusahaan-perusahaan:

  1. Pertama pemupukan menggunakan pupuk dolomite, pupuk dolomite sendiri disini berfungsi meningkatkan ph tanah, dikarenakan dolomite berasal dari kapur tambang yang mengandung banyak sekali magnesium dan kalsium karbonat didalamnya, kalsium karbonat sangat berpengaruh meningkatkan ph tanah menjadi basah (pH 5-6), dikarenakan pada umumnya lahan di Indonesia khususnya lahan perkebunan di Kalimanatan memiliki ph yang sangat rendah berkisar 2-3 (asam) atau kurang subur.

2. Kemudian berjarak 1 bulan pemupukan dilanjutkan dengan pemberian BIO-SP36 (P2O5) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar pada tanaman. Pemberian pupuk NPK 7-6-9 (Dosis 20%) dianjurkan untuk ditambahkan sekaligus bersamaan dengan pemberian pupuk BIO-SP36 dikarenakan untuk menambah reaksi laju pertumbuhan akar dan batang pada tumbuhan kelapa sawit.

3. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian pupuk BIO PHOSKAH dengan jarak yang sama yaitu 1 bulan. Pupuk BIO PHOSKAH Berfungsi memberikan Efek Hijau di pelepah daun tanaman. Dan dianjurkan pemberian pupuk NPK 7-6-9 (Dosis 20%) untuk hasil yang lebih optimal.

4. Setelah berjarak 1 bulan diberikan Pupuk GRANUL BIRU 16 – 16 – 16  yang berfungsi merangsang pembesaran bonggol dan sekaligus pemberian pupuk NPK 7-6-9 (Dosis 30%) untuk merangsang pertumbuhan rendemen pada buah kelapa sawit. 

Penggunaan Pupuk diatas berurutan secara terus menerus berjarak 1 Bulan. Pemupukan BIO PHOSKAH dan NPK 7-6-9 Diulang pada 6 Bulan kedepan tujuannya adalah untuk menghindari faktor kehilangan unsur Nitrogen, Phospor, Kalium yang semakin besar, Dikarenakan pertumbuhan kelapa sawit harus tercukupi kebutuhan unsur haranya -agar menghasilkan buah kelapa sawit yang lebih maksimal. 

untuk prosedur SOP selengkapnya bisa download module dibawah ini ⇓⇓⇓⇓⇓

Baca juga