Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat beberapa spesies kelapa sawit yaitu E. guineensis Jacq., E. oleifera, dan E. Realitas perkebunan kelapa sawit rakyat khususnya petani sawit swadaya sudah sejak lama tidak pernah diberdayakan oleh para pemangku kepentingan kelapa sawit yaitu pemerintah dan perusahaan. Sehingga menjadi sesuatu yang lazim bahwa petani swadaya tidak memiliki pengetahuan untuk melakukan budidaya kelapa sawit sesuai standar good agriculture practice (GAP), seperti lahan yang sesuai untuk di tanam sawit, penggunaan pupuk dan usaha inovatif lainnya untuk peningkatan produktivitas kelapa sawit. Fakta riset dilapangan para petani kecil tidak tau menau tentang pentingnya ph dari lahan yang ditanami sawit. karena mereka hanya mengandalkan pupuk NPK dengan kadar tinggi sehingga lahan yang memang sudah asam. di tambah kandungan dari pupuk NPK, maka tidak baik untuk tanaman. bisa-bisa sawit mereka tidak maksimal. Fatalnya, kesalahan ini bisa memengaruhi pertumbuhan tanaman.
1. Pemupukan berlebih Terlalu banyak memberikan pupuk pada tanaman, justru bisa berbahaya dan menyebabkan kematian pada tanaman. Dalam kasus pembuahan berlebihan yang ringan, tanaman menunjukkan pertumbuhan hijau yang berlebihan.
Mungkin terlihat bagus pada awalnya, tetapi semua pertumbuhan lunak ini rentan terhadap serangan serangga pemakan getah seperti kutu daun, tungau laba-laba, dan lainnya. Dalam situasi yang lebih parah, tanaman mungkin menunjukkan daun berwarna kuning dan layu dengan tepian berwarna coklat. Ini disebut pembakaran pupuk, dan bisa mematikan. Untuk itu, selalu ikuti petunjuk dan tindakan pencegahan pada label produk dan jangan memupuk tanaman yang sedang mengalami kekeringan atau faktor stres lainnya.
2. Kurang pupuk Nitrogen adalah nutrisi tanaman yang paling mudah menguap dan paling sering kurang di dalam tanah. Padahal, nitrogen adalah faktor utama perangsang pertumbuhan daun, yang memungkinkan tanaman untuk membuat makanannya sendiri. Fosfor dan kalium, dua makronutrien lainnya, meningkatkan kesehatan akar, bunga, buah, dan proses biologis yang terjadi di dalam sel tumbuhan. Tanaman yang kekurangan nutrisi tampak kekuningan, kerdil, dan lemah. Lakukan uji tanah untuk mencari tahu apa yang kurang. Setidaknya setahun sekali aplikasikan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium.
3. Menggunakan jenis pupuk yang salah Setiap pupuk memenuhi tujuan tertentu yang ditunjukkan dengan nama produk dan rasio hara. Misalnya, menggunakan makanan rumput tinggi nitrogen pada tanaman tomat akan menghasilkan dedaunan yang subur tapi tidak ada buahnya. Menerapkan 10-10-10 di halaman dapat menyebabkan kekurangan nitrogen atau penumpukan fosfor, yang menyebabkan kekurangan zat besi. Juga, perlu diingat bahwa pupuk cair memberi makan dan menghilang dengan cepat, sementara produk organik dan rilis lambat memberikan makanan yang panjang dan lambat. Pertimbangkan waktu dalam setahun dan kebutuhan tanaman sebelum melakukan pemupukan. Pilih produk yang cocok dengan tanaman yang kamu miliki.
4. Terlalu fokus pada NPK “Makronutrien” kini sedang digandrungi karena kandungan inilah yang digunakan tanaman dalam jumlah terbesar. Lusinan mikronutrien memainkan peran penting dalam kesehatan dan perkembangan tanaman. Jika ada yang kurang, memberi tanaman lebih banyak NPK saja tidak akan menyelesaikan masalah. Uji tanah secara berkala untuk mengetahui apa yang kurang. Banyak alat uji tanah yang dijual bebas hanya untuk menguji NPK. Untuk laporan yang akurat dan mendetail yang mencakup makro dan mikronutrien, serta pH dan kandungan organik, periksalah tanah secara profesional.
5. Mengabaikan pH Keasaman tanah, atau pH, memainkan peran penting dalam cara tanaman menggunakan pupuk. Setiap jenis tanaman disesuaikan untuk hidup dalam kisaran pH tertentu.
Jika tanaman hidup pada kisaran pH idealnya, tanaman dapat menggunakan nutrisi secara efisien. Di luar kisaran itu, mereka menjadi kurang efisien dalam menyerap unsur hara. Ketika pH mati, nutrisi yang dibutuhkan mungkin ada dalam jumlah yang cukup, tetapi tanaman menunjukkan tanda-tanda kekurangan nutrisi. Dalam kasus ini, koreksi bukanlah pemupukan tetapi menyesuaikan pH. Kapur meningkatkan pH, sedangkan sulfur, aluminium sulfat, dan besi menurunkannya.
6. Waktu pemupukan yang salah Tanaman membutuhkan nutrisi saat mereka sedang dalam masa pertumbuhan. Jangan tunggu tanaman terlihat stres, lemah, terkena serangga, baru diberi pupuk, karena bila ini terjadi artinya kamu sudah terlambat. Pasalnya, pupuk membutuhkan waktu untuk diserap oleh akar, hingga bisa membuat tanaman subur. Berikan pupuk kering pada saat tanam atau bahkan beberapa hari sebelum menanam bibit. Beri lagi pupuk saat sudah muncul daun sejati. Lengkapi dengan makanan nabati cair pada waktu pertumbuhan puncak.
7. Pemupukan tanpa pengujian Kamu harus rajin melakukan pengujian terhadap tanah dimana kamu menanam tumbuhan. Karena, memberikan pupuk tanpa hasil tes artinya kamu hanya menebak-nebak saja, dan tebakanmu bisa saja salah. Menunggu pemupukan sampai muncul tanda-tanda kekurangan sering menyebabkan masalah pada tanaman. Sulit untuk mengetahui perbedaan antara kekurangan nutrisi yang sebenarnya dan masalah pH tanpa hasil tes. Lakukan uji pH tanah dan uji nutrisi yang dijual bebas untuk pemantauan rutin.